(view Gunung Sangiang dari Tanjakan Radu, sensor kameraku kemasukan debu --")
Sudah lebih dari dua minggu tak
sempat ku update blog ini, akibat kesibukan yang membuatku tak pernah sempat
untuk menulis. Tapi bukan berarti aku tak sempat jalan-jalan, karena itu wajib
hukumnya untuk menghindari stres berlebihan :D
Kali ini akan kuceritakan
perjalananku bersama teman-teman kosku ke Pantai Radu, Wera, Bima.
Berawal dari informasi simpang
siur yang kudapatkan dari teman kantor, ku ketahui kalau Wera mempunyai
pantai-pantai yang indah, dan yang paling penting masih terjaga keasriannya.
Maka tentu saja langsung ku ajak teman-teman kos untuk berlibur kesana pada
akhir pekan, tepatnya hari Sabtu 27 September 2014.
Ini memang ideku untuk berlibur
ke Pantai Radu, namun aku tak punya gambaran sama sekali bagaimana untuk bisa
sampai kesana, teman-teman yang lain pun tak ada satu pun yang tahu dimana
Pantai Radu itu, yang kutahu hanya Pantai Radu itu berada di Wera. Dari kami
bertujuh ada dua yang sudah pernah ke Wera, Yaya dan Panji, hanya berbekal tahu
jalan menuju Wera kami lanjut saja tanpa bertanya dimana itu Pantai Radu,
sedikit nekat memang tapi justru itu yang membuatnya semakin menarik.
Pagi jam 9 WITA kami bertujuh
sudah siap berangkat dengan bekal makanan seadanya, perjalanan diperkirakan
tidak akan memakan waktu lama hanya dua jam saja dari Kota Bima. Menggunakan
mobil kami menyusuri jalanan menuju Wera dengan santai, walau demikian baru
sekitar 45 menit Adib sudah akan muntah saja karena memang jalanan yang dilalui
berkelok-kelok. Namun demikian kelokan-kelokan jalan disini tidak sedahsyat
jalanan menuju Sape
(baca: Lariti).
Tidak banyak percabangan jalan
yang kami temui dalam perjalanan, kami hanya mengikuti jalanan saja selama dua
jam hingga akhirnya kita sampai juga di Pantai yang tidak tahu Pantai apa
namanya. Beruntunglah di dekat situ ada sekolah dasar, langsung aku turun dari
mobil untuk kemudian bertanya dimana Pantai Radu kepada guru SD yang kebetulan
sedang mengajar pelajaran olahraga. Dan ternyata kami berhenti tepat di Desa
Radu, maka tentu saja pantai itu Pantai Radu.
Pantai Radu
ditandai dengan sebuah tanjakan tinggi yang terjal dari tanah berbatu dan
berdebu, dari tanjakan ini kita dapat melihat Gunung Sangiang yang puncaknya
selalu tertutup asap vulkanik. Kalau sudah melalui tanjakan ini, maka Pantai
Radu hanya berjarak 300 meter lagi.
Dalam perjalanan
menuju Radu, di jalanan dari tanah liat berdebu ada pertigaan ke arah utara
menuju Oi Tui. Menurut informasi yang kudengar Pantai Oi Tui juga mempunyai
keindahan tersendiri, sehingga sudah pasti akan kukunjungi juga nanti.
Sampai disana kami langsung makan
bekal nasi yang kami beli sebelum berangkat, dan seselesainya kami langsung
menikmati keindahan pantai dengan cara kami sendiri-sendiri. Aku dan Awal
langsung foto-foto mengabadikan keindahan pantai Radu, yang sayangnya tidak ada
satupun foto yang bagus. Saking teriknya matahari siang itu membuat tak ada
satu pun awan yang berhasil keluar, namun tak cukup sampai situ, langit pun
berwarna biru pucat menandakan betapa panasnya cuaca. Disini sunrise pasti
sangat bagus karena letaknya yang langsung berbatasan dengan laut lepas dengan
Gunung Sangiang sebagai pelengkap. Namun apa boleh buat kami sampai di sana
begitu siang.
Tak puas dengan hasil foto yang
kudapatkan aku langsung lanjut mandi di laut menyusul Satya, Imran, dan Panji
yang sudah lebih dulu menceburkan dirinya. Pertama kupikir air laut di sini
kotor, namun terus kuperhatikan air lautnya yang ternyata sangat jernih, pasir
hitam di pantai ini yang menjadikannya terkesan kotor. Garis pantai yang lebar
dan panjang menjadikan pantai ini enak digunakan untuk bermain-main. Hamparan
pasir hitam dengan bebatuan karang pun menambah keindahannya. Dan di seberang
Gunug Sangiang yang selalu mengepul menjadikannya semakin eksotis.
(anak pantai :D)
Kami puas-puaskan bermain air dan pasir, sedangkan Adib, Yaya, dan Awal bersantai saja di pinggir pantai. Jam 2 siang setelah semuanya puas bersenang-senang di pantai, kami kembali ke Bima.
(Gunung Sangiang di kejauhan yang tak berhenti mengepul)
Kru (dari kiri): Amin, Imran, Yaya, Satya, Awal, Panji, Adib