Minggu kali ini, 21 September 2014, aku kembali sempatkan jalan-jalan menikmati alam untuk melepaskan penat. Tujuan wisata kali ini adalah Pantai Lariti, Sape, yang masih berada di wilayah Kabupaten Bima. Sape berada di sebelah timur laut Kota Bima, dengan jarak sekitar 1,5 jam perjalanan darat menggunakan motor.
Kebetulan jumat kemarin aku mendapatkan tawaran untuk bergabung dalam touring
Yamaha Vixion Club Indonesia - Chapter Bima (YVCI - CB), jadi sesuai jadwal, Minggu jam 13.00 kami berkumpul di Taman Kota, Kota Bima. Setelah berkenalan dengan para anggota YVCI -CB dan berdoa, kami memulai perjalanan. Rombongan kami berjumlah 12 orang dengan 2 single rider dan 5 berboncengan. Aku berada di barisan paling belakang rombongan karena memang jalanku yang paling pelan dibandingkan teman-teman yang memang sudah terbiasa touring jarak jauh.
15 menit kami sampai di Kumbe untuk kemudian bertemu dengan satu teman kami yang juga akan ikut dalam rombongan. Dari Kumbe menuju Wawo jalanan sudah mulai berkelok-kelok dahsyat. Banyak tikungan berbahaya yang harus dilalui dengan kesigapan ekstra. Di Wawo kami berhenti sebentar untuk kembali bertemu dengan satu teman yang juga akan ikut dalam perjalanan ini, jadi total kami berjumlah 14 orang dengan 3 cewek.
Perjalanan kemudian kami lanjutkan kembali, kali ini setelah Wawo menuju Sape jalanan menjadi jauh lebih berbahaya karena belokan jalan yang tak jarang lebih dari 180 derajat. Jalanan berkelok-kelok membuatku harus selalu waspada, namun telah begitu waspada terhitung 2 kali aku keluar jalur karena belokan yang terlampau tajam. Bahkan footstep NVL milikku 2 kali terbentur aspal jalanan akibat terlalu curamnya belokan.
Sekitar 1 jam kami melaju dengan kecepatan rata-rata 70 km / jam kami sampai di pertigaan Masjid Raya Samping Sape. Kami sempat salah jalan dengan mengambil jalur kiri menuju Wera, namun Bang Fani, teman sekantorku langsung menyusul ke depan rombongan dan mengingatkan pimpinan rombongan bahwa seharusnya kita kita belok ke kanan menuju arah Pelabuhan Sape. Bang Fani memang sudah pernah ke Pantai Lariti sebelumnya dalam acara kantorku yang tidak sempat kuikuti, jadi dia sudah hafal betul jalananmenuju ke sana, dan sejak pertigaan Masjid Raya Samping, Bang Fani menjadi pimpinan rombongan.
Dari pertigaan ini kita akan melewati Pasar Sape untuk kemudian menemukan perempatan besar, dari perempatan ini kita mengambil arah kanan untuk menuju Lariti. Ketika kita lurus kita akan menuju Pelabuhan Sape, di Pelabuhan Sape ini lah biasanya teman-teman yang akan menuju Labuan Bajo menyeberang dengan tarif 60 ribu per orang. Kapal penyeberangan menuju Labuan Bajo sehari ada dua kali yaitu jam 9 pagi dan jam 5 sore.
Di perempatan ini kami berhenti lumayan lama untuk membeli nasi bungkus dan minuman sebagai bekal kami di Lariti nantinya. Setelah perbekala dirasa cukup kami kembali melanjutkan perjalanan, sekitar setengah kilometer dari perempatan tadi kami berhenti, kukira ada masalah pada sepeda salah seorang teman, namun ternyata tidak . Dari jalanan utama tempat kita berhenti tadi ada sebuah jalan dari tanah berdebu dan berbatu di sebelah kiri, jalanan ini lah yang akan mengantarkan kita ke Pantai Lariti.
Jalanan berdebu berbatu tak jarang mebuatku harus sangat pelan karena takut selip. Namun di tengah kewaspadaanku sudah terlihat dari jauh Pantai Lariti yang eksotis dengan jalanan dari pasir yang membelah lautan untuk menuju ke pulaunya. Semakin tidak sabar aku untuk segera sampai ke sana.
(Pulau Lariti)
-------------------------------------------------- ------------------
Di Korea ada sebuah pulau bernama Jindo yang lautnya terbelah setiap dua tahun sekali dan muncul jalan dari pasir untuk menuju ke pulaunya, namun ini terjadi hanya selama 2 jam. Bagi dunia ini terkenal dengan sebutan Moses Miracle.
Tidak kalah dengan Pulau Jindo, di Pantai Lariti kita bisa menyaksikan keajaiban ini setiap hari sepanjang tahun dari siang sampai sore. Fenomena ini terjadi karena bertemunya dua arus yang mengakibatkan pasir menumpuk di tempat kedua arus bertemu. Ketika pagi Pulau Lariti merupakan sebuah pulau terpisah, namun mulai siang sekitar jam 2 sampai sore setelah matahari terbenam, jalanan dari pasir akan terbuka menuju kesana. Sungguh indah.
---------------------------------------------------------------------
Sesampainya di sana kami langsung melintasi jalanan berpasir tersebut dengan motor dan berhenti tepat di tengah untuk berfoto bersama. Setelah berfoto bersama kami kembali ke pantai untuk memarkir motor.
Setelah parkir motor, tak berhenti aku langsung berjalan menuju Pulau Lariti dengan tas masih di punggung. Sesampainya di Pulau Lariti kujelajahi semua yang ada di pulau itu, mulai dari sisi barat, utara, timur, sampai utara. Di sebelah timur Pulau Lariti kulihat sebuah pulau kecil yang terlihat lumayan dekat, dan aku langsung berniat untuk menuju kesana. Namun kuputuskan untuk sholat ashar dulu karena sudah jam 15.30 WITA.
Setelah sholat ashar, tas dan sepatu kutinggalkan di Pulau Lariti untuk kemudian menuju pulau kecil tadi. Awalnya kedalaman air hanya selutut, namun setelah semakin dekat dengan pulaunya semakin dalam sampai sepinggangku. Ingin rasanya aku menyeburkan diri namun mengingat kedalaman air yang tidak terlalu dalam dan aku tidak membawa baju ganti, akhirnya kuurungkan juga niatku untuk mandi.
Meskipun kecil namun pulau ini sangat indah dengan hiasan terumbu karang berwarna-warni di sekitarnya. Bintang laut seukuran telapak tanganku pun banyak kujumpai di sini, begitu indah. Dari sini pemandangan sekitar pun tak kalah indahnya, perbukitan di sebelah utara dan selatan pulau membuatnya begitu lengkap namun belum sempurna karena awan-awan cantik tak nampak akibat musim kemarau yang mencapai puncaknya di bulan ini.
(bintang laut langsung dikembalikan setelah difoto)
(Bintang Laut dan Terumbu karang di sekitar pulau kecil di seberang Pulau Lariti)
Kuhabiskan waktu disini sampai hampir magrib, aku bahkan berniat baru akan kembali setelah matahari tenggelam, namun karena rombongan sudah akan kembali ke Bima aku langsung kembali ke pantai. Namun sesampainya di pantai ternyata hanya tersisa Bang Fani yang menungguiku, sedangkan rombongan yang lain sudah kembali terlebih dahulu dan menunggu di Pelabuhan Sape.
(Suasana ketika Sunset dari Pulau Lariti)
Tak banyak cakap kami langsung memacu motor untuk menuju di Pelabuhan Sape. Memang tak sia-sia kami mampir ke pelabuhan Sape karena pemandangan di sini juga tak kalah indahnya, semburat jingga surya yang bersembunyi di balik perbukitan sungguh elok melengkapi hari Mingguku.
(Sunset dari Pelabuhan Sape)
Thanks to YVCI - CB
waaah, tambah kangen sama pantai :"
BalasHapusayo-ayo main ke pantai sini :D
HapusDi Bone juga ada laut terbelah kayak Pantai Lariti, Pantai Tete namanya. Ada pulaunya di tengah2 laut. Bedanya kalo di Pantai Tete, jalan berpasir menuju pulau mulai tampak jam 10-11 pagi.
BalasHapusMantaaaap, kapan2 klo ada waktu sempatin kesana lah :D
HapusSearching pantai eh nemu blog ini. Good to see you here hahaha
BalasHapusayo pit main sini, banyak pantai yg perlu dieksplor :D
BalasHapusLariti baru-baru ini terkenal, syangnya sebagai orang Sape asli, sy baru sekali sempat ke sana. searching pantai Lariti, alhamdulillah dapat banyak gambarnya di sini... :)
BalasHapussalam kenal
salam kenal juga :)
BalasHapusterima kasih sudah membaca :)
iya, sama-sama...
BalasHapusGan ijin download gambar yang ada pasir di tengah lautan itu. untuk ke perluan repost di blog Lombok 7og4nk terimakasih
BalasHapusiya gan silakan :)
BalasHapusijon copy buat repost juga ya bang :)
BalasHapussumber tetep ada :)
terima kasih
silakan gan
Hapushttps://www.facebook.com/groups/panorama.alam.lariti/595656730595805/?notif_t=group_activity¬if_id=1467305951505903
BalasHapusPantai lariti ini di sape mana ya gan?
BalasHapusbagus pantainya, cuma bingung mau kesini dari pelabuhan sape naik apa? gak ada motor soalnya
BalasHapusPantai Lariti di desa Soro kec. Lambu....
BalasHapusPantainya indah sekali..semoga diberi kesempatan untuk mengexplore keindahannya
BalasHapus