Rabu, 10 September 2014

MENYAPA TAMBORA (sebuah catatan perjalanan – 5 s.d. 7 September 2014)


Gunung Tambora terletak di Pulau Sumbawa, tepatnya berada di dua kabupaten yaitu Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima. Gunung Tambora awalnya pernah menjadi puncak nusantara dengan ketinggian 4.300 mdpl namun akibat letusan dahsyat pada April 1815 hampir separuh dari ketinggian Tambora terlontar ke udara hingga menjadi hanya 2.851 mdpl dan menyisakan kawah yang sangat luas dan kaldera terdalam di dunia dengan kedalaman 1.200 meter.Konon letusan Tambora pada 1815 merupakan letusan terbesar di sejarah modern manusia yang membawa dampak begitu luas.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Pukul 21.30 WITA mobil kami melaju kencang menyusuri jalanan mulus Kota Bima. Mulus namun berkelok-kelok, membuat tas-tas gembung kami di jok belakang berlarian kesana kemari. Peralatan dan perlengkapan yang akan kami bawa nantinya yang membuat tas-tas kami gembung penuh sesak. Namun itu belum semua karena nantinya kita akan berhenti sejenak di Dompu untuk mengambil tenda, sleeping bag, dan matras.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Tidak seperti di Jakarta yang banyak dijumpai toko outdoor  maupun tempat persewaan barang outdoor, di Bima hampir bisa dikatakan tidak ada sama sekali. Di Bima sendiri hanya ada satu toko outdoor yang hanya melayani jual beli, itu pun dengan stock barang yang sangat terbatas. Ada satu tempat persewaan peralatan outdoor yang berada di Dompu, nampaknya memang satu-satunya tempat persewaan, yang berada tidak jauh dari pusat kota Dompu, “Safin Outdoor”. Toko ini dikelola oleh teman-teman Humpa Dompu, Pecinta Alam Dompu. Tak hanya peralatan outdoor yang bisa kita peroleh di sini, segala informasi tentang pendakian Tambora juga dapat kita peroleh dari teman-teman Humpa Dompu.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Pukul 23.00 WITA kami sampai di Safin Outdoor untuk mengambil dan melengkapi peralatan kami yang masih kurang. Dan setelah bercakap-cakap lumayan lama kami kembali melanjutkan perjalanan hingga jam 02.00 WITA kita sampai di perempatan Kenanga Atas, Calabai untuk menunggu subuh sembari beristirahat di dalam mobil. Dari perempatan ini apabila kita ambil jalan ke kiri kita akan sampai di Pelabuhan Kenanga, tempat penyeberangan untuk menuju Pulau Satonda. Dan lurus untuk menuju Desa Pancasila, desa gerbang pendakian Gunung Tambora.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Terdapat tiga jalur pendakian ke Gunung Tambora, pertama jalur yang paling umum yaitu jalur Pancasila, kedua jalur Doropeti, dan terakhir yang jarang diketahui orang adalah jalur Kawindatoi. Dari ketiga jalur ini yang paling terkenal dan paling panjang jalurnya adalah jalur Pancasila. Sedangkan jalur Doropeti lebih dikenal dengan jalur ekspress karena hingga Pos 3 dari Desa Doropeti dapat ditempuh menggunakan mobil Hardtop yang disewakan oleh warga setempat, dari Pos 3 kita hanya harus mendaki selama 2-3 jam untuk mencapai puncak. Untuk jalur ketiga yang jarang diketahui orang, jalur Kawindatoi, trek yang disuguhkan merupakan trek yang paling curam namun lebih singkat hanya sekitar 7 jam pendakian. Namun pemandangan yang ditawarkan konon katanya paling menawan dibandingkan kedua jalur lainnya karena dalam perjalanan menuju puncak kita dapat menjumpai tujuh air terjun yang masih sangat asri, dan tidak hanya itu terdapat bunga edelweiss berwarna ungu di jalur pendakian ini.

Untuk menuju ke Desa Pancasila kita dapat menggunakan angkutan umum yaitu bus Bima-Calabai yang hanya ada dua kali sehari pagi dan siang, ataupun bus Bima-Dompu dan lanjut ke Calabai. Di Calabai kita turun ke perempatan Kenanga Atas yang kemudian dilanjutkan dengan ojek menuju pos registrasi.

Terdapat dua pos registrasi untuk menuju ke Gunung Tambora dari Pancasila, yang pertama pos Pancasila dan yang kedua pos Patrol. Pos Pancasila lebih terkenal dibandingkan dengan pos Patrol karena memang pos Pancasila dikelola oleh orang Dompu sendiri, sedangkan pos Patrol dikelola oleh orang Bima. Kedua jalur ini akan bertemu sekitar 15 menit pendakian sebelum Pos 1.

Gunung Tambora secara administrasi berada di Kabupaten Bima, namun letaknya yang unik berada di tengah Kabupaten Dompu membuat kita harus melewati kabupaten Dompu untuk menuju kesana.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Pagi itu sekitar pukul 08.00 WITA kami sampai di gerbang pendakian Tambora, terdapat dua monumen di kanan kiri pintu gerbang pendakian. Monumen di sebelah kanan bertuliskan sejarah meletusnya Tambora di tahun 1815 dan dampaknya yang hingga mencapai Eropa dan Amerika Utara yang terkenal dengan istilah “A Year Without a Summer”. Di monumen sebelah kiri akan kita jumpai rute pendakian Gunung Tambora berikut estimasi waktu pendakiannya ke tiap-tiap pos.



Dari gerbang ini kita menuju ke wisma Tambora yang dikelola oleh Pak Parno dan Pak Sugeng, juru kunci Gunung Tambora. Wisma Tambora ini awalnya merupakan rumah peristirahatan meneer Belanda yang kemudian setelah kemerdekaan ditinggalkan pemiliknya. Wisma ini sekarang menjadi rumah peristirahatan juru kunci Gunung Tambora dan juga guest house bagi para pendaki.


Pukul 09.30 WITA setelah berbicara panjang lebar, sembari sarapan pagi, dengan Pak Parno dan Pak Sugeng kami berempat berangkat dari Wisma. Untuk menuju pos Patrol dari wisma cukup mudah karena sudah terdapat petunjuk menuju rute pendakian dipasang di setiap pertigaan maupun perempatan jalan. Dari wisma kita akan menemukan sebuah pondok kayu kecil, atau dalam bahasa Bima “beruga”, itu lah Pos Patrol. Dari sini untuk menuju ke jalur pendakian kita belok kiri memasuki kebun kopi milik warga, apabila lurus kita akan menuju kampung Bali.

Pendakian kali ini diawali dengan jalanan landai yang didominasi latar kebun kopi. Setelah 30  menit berjalan baru lah suasana kanan kiri kita akan berganti dengan semak rumput gajah, jelatang, dan pepohonan yang tidak terlalu lebat, jalanan pun masih terbilang landai. Tiga jam waktu yang kami perlukan untuk menuju Pos 1 dari Pos Patrol dikarenakan ada salah satu dari kami yang cedera otot. Tidak jauh dari beruga Pos 1 terdapat sumber air yang sangat jernih yang digunakan sebagai sumber pengairan warga desa sekitar.

Di Pos 1 satu kawan kami bersama guide terpaksa harus kembali menuju wisma dan tidak melanjutkan pendakian karena cedera otot yang bisa dibilang cukup serius.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Sangat disarankan untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu sebelum melakukan pendakian untuk menghindari kram otot. Latihan-latihan fisik sebelum pendakian pun mutlak dibutuhkan, mengingat mendaki gunung bukan lah olahraga ringan, fisik prima mutlak dibutuhkan.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Bertiga kami melanjutkan menuju puncak, dan trek yang kami lalui masih belum jauh berbeda dari trek dari Pos Patrol menuju Pos 1 yang masih didominasi oleh semak rumput gajah, jelatang, dan pepohonan yang tidak terlalu lebat. Belum ada tanjakan berarti hingga 1 jam 45 menit kita berjalan menuju Pos 2. Pos 2 ditandai dengan adanya beruga seperti di Pos 1.
Di Pos 2 terdapat juga sumber air berupa sungai yang sangat jernih, di sini kami mengisi perbekalan air kami, terakhir sebelum puncak.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Terdapat total 5 Pos Pendakian sebelum mencapai puncak Tambora dari jalur Pancasila. Di setiap Pos sebenarnya terdapat sumber air yang dapat kita gunakan, namun air yang dapat dikatakan bersih terakhir berada di Pos 2 karena di Pos 3 hingga Pos 5 sumber air sangat keruh dan harus disaring berulang-ulang sebelum dimasak dan layak diminum.Dari kelima Pos ini yang paling favorit untuk dijadikan tempat berkemah adalah Pos 3 dan Pos 5, sedangkan yang paling dihindari adalah Pos 2 dan 4 karena aura mistis yang menyelimuti kedua Pos ini.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Pukul 15.00 WITA setelah melakukan sholat jama’ Qosor Dzuhur dan Ashar, dan juga mengisi perut dengan perbekalan seadanya kami melanjutkan perjalanan. Dari beruga Pos 2 kita turun melewati sungai sumber air, dari sumber air ini trek yang disajikan langsung curam menantang. Namun tanjakan ini tidaklah panjang hanya sekitar 20 menit kami lalui tanjakan ini, tentunya dengan beberapa kali istirahat, setelah itu trek yang disajikan hanyalah jalanan landai yang sesekali menanjak namun tidak curam.

Mulai dari Pos 2 ini hutan mulai lebat, satwa-satwa seperti burung, luwak, dan monyet banyak kita ditemui dari Pos 2 menuju Pos 3 apabila kita beruntung.

Pukul 16.45 WITA Kami tiba di Pos 3 dan langsung merebahkan tubuh untuk melepaskan capek di beruga Pos 3. Tadinya kami berencana untuk mengisi perbekalan air terakhir kami di Pos 3 ini namun air yang ada ternyata sangat kotor, hanya berupa kubangan air dengan sedikit aliran air.

Dari pos 3 jalanan mulai secara konstan menjadi semakin curam menantang, dengan tetap banyak bonus yang ditawarkan. Vegetasi hutan pun mulai sedikit berubah dengan adanya pohon-pohon pinus yang tumbuh di sekitar Pos 4. Langit belum gelap sempurna ketika kami sampai di Pos 4, pukul 18.00 WITA.

Awalnya kita berencana untuk berkemah di Pos 5 karena menurut kami Pos 5 merupakan Pos yang paling ideal untuk mendirikan tenda, tidak jauh dari puncak sehingga memudahkan kami untuk esoknya summit attack. Namun karena satu dari kami sudah terlalu capai dan mulai drop fisiknya kami memutuskan untuk mendirikan tenda di Pos 4, yang tentu waktu itu kami belum tahu kalau si Pos 4 terkenal dengan cerita mistisnya.

Tidak ada beruga di Pos 4 melainkan hanya berupa bukaan tanah lebar, cukup untuk 8 tenda, yang dikelilingi oleh pohon pinus besar. Pohon pinus ini juga yang berguna untuk melindungi tenda kami dari dinginnya terpaan angin malam.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Carilah info selengkap-lengkapnya tentang jalur pendakian, sumber air, jenis satwa, jenis vegetasi, pantangan-pantangan, dan segalanya yang berhubungan dengan pendakian yang akan dilakukan. Hal ini untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan terjadi selama pendakian, terutama apabila pendakian dilakukan tanpa guide dan tanpa pendaki yang sebelumnya pernah mendaki di tempat pendakian.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Tenda selesai kami dirikan, kompor langsung kami nyalakan untuk memasak makan malam. Dua buah mi rebus dobel, sawi, dan sosis menjadi sumber energi kami malam itu. Tak lupa minuman penghangat badan kami buat.

Malam semakin larut dibuktikan dengan angin yang semakin kencang berhembus, namun di tengah lebatnya hutan pinus sinar rembulan tetap berhasil menembus.

Selesai makan malam kami langsung lanjut tidur, istirahat demi persiapan fisik kami esok untuk summit attack.
**************
02.00 WITA kami telah siap dengan semua peralatan dan perlengkapan kami di keril, kalau biasanya beberapa perbekalan dan tenda kami tinggal, tidak kali ini karena banyaknya babi hutan di Tambora.
Jalanan menuju Pos 5 masih sama dengan jalanan dari Pos 3 menuju Pos 4 namun dengan lebih sedikit bonus. Hutan juga masih lebat didominasi oleh Pinus.

1 jam kami berjalan hingga akhirnya sampai di Pos 5 yang berupa bukaan tanah tidak terlalu luas. Pos 5 ini juga merupakan batas vegetasi.

Dari pos 5 kita ambil jalur ke kiri, jalanan mulai sangat terjal. Vegetasi berubah menjadi padang rumput di sepanjang jalur dengan alas yang tadinya tanah liat berubah menjadi bebatuan kecil yang sangat mudah longsor. Lama kita berjalan hingga 2 jam kita berjalan sampai tidak ditemui lagi pepohonan maupun rumput, hanya edelweiss di kanan kiri kita. Jalanan berbukit membuat perjalanan menjadi semakin terasa jauh karena yang tadinya kami kira puncak ternyata hanya puncak bukit. Total 3 bukit kita lalui sebelum puncak.

Perjalanan kita lanjutkan setelah selesai sholat subuh. Semburat surya mulai menyembul di batas horizon membuatku semakin tidak sabar untuk segera sampai ke puncak. Namun karena kedua teman yang masih membutuhkan waktu untuk beristirahat sejenak aku memutuskan untuk melanjutkan pendakian terlebih dahulu demi mendapatkan sunrise dari puncak Tambora. Keril berat di punggungku seakan tidak menjadi halangan bagiku kali ini, aku berjalan setengah berlari dengan kecepatan sedapat mungkin untuk mencapai puncak. 30 menit total saya butuhkan untuk mencapai bibir kawah Tambora yang lagi-lagi belum merupakan puncak Tambora.


Semburat surya sudah mulai menguning jingga mebuatku memutuskan untuk berhenti sejenak menikmati pemandangan langka itu, pemandangan yang tentunya menjadi candu bagiku untuk terus mendaki gunung. Matahari pagi itu tidak menyembul sempurna karena terhalang oleh kabut, hanya semburatnya yang mampu menembus kabut. Lama saya  menyusuri kawah Tambora untuk menikmati sunrise dari berbagai sisi hingga akhirnya matahari menyembul sempurna dan dua temanku akhirnya menyusulku.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Dari Pos 5 terdapat dua jalur untuk menuju ke puncak Tambora, pertama kita ambil arah kanan dari Pos 5, yang biasa disebut jalur makam karena nantinya akan dijumpai makam Mae Tafa Gumbilo, salah seorang penemu jalur pendakian Tambora sekaligus Guide, di tengah perjalanan menuju Puncak. Makam beliau ditandai dengan sebuah monument peringatan dari semen. Jalur ini lebih pendek namun dengan kemiringan konstan yang bisa dibilang lumayan ekstrim.Jalur kedua kita ambil arah kiri, jalur ini jauh lebih panjang daripada jalur makam karena sebenarnya kita memutar untuk menuju puncak apabila mengambil jalur ini. Keuntungan dari jalur ini adalah pemandangan yang ditawarkan lebih indah di malam hari apabila dibandingkan jalur satunya karena hamparan savanna diselingi pepohonan pinus berlatarkan taburan bintang. Dan juga dapat kita jumpai banyak bintang jatuh dari jalur ini, cocok untuk teman-teman yang mempunyai hobi fotografi.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Dari bibir kawah terdekat yang kami capai dari jalur tadi, kami masih harus berjalan sekitar 45 menit untuk mencapai puncak Tambora. Fisik yang benar capai membuat satu teman kami kembali tertinggal dan tidak mencapai puncak yang sebenarnya dari Tambora, 2.851 mdpl. Dua tas keril kami tinggal bersama satu teman kami yang istirahat di bibir kawah, dan kami berlari menuju puncak mengingat siang sedikit belerang akan naik begitu cepat. Dan ya Tambora memang kembali aktif, ini dibuktikan dengan keluarnya anak gunung di dasar kawah Tambora.

7.00 WITA kami sampai di puncak Tambora. Di Puncak akan kita dapati tiang dengan bendera merah putih yang berkibar begitu megahnya. Dulunya terdapat monument di puncak ini namun akibat longsor di bibir kawah hingga 5 meter membuat monumen ini ikut terbawa longsor ke dalam kawah.

-------------------------------------------------------------------------------------------------
Puncak Gunung Tambora 2.851 mdpl hanya dapat dicapai dengan jalur Pancasila, kontur kawah Tambora dan kemiringan yang sangat ekstrim di beberapa lokasi membuat kedua jalur lainnya tidak dapat mencapai puncak Tambora ini.Dari ketiga jalur, jalur Pancasila dan Doropeti lah yang menawarkan perjalanan menuju ke dasar kawah. Namun untuk menuju ke dasar kawah kita diharuskan untuk disertai guide karena tingkat bahaya yang sangat tinggi. Dari hasil bincang-bincang saya dengan Pak Parno nampaknya diperlukan 7 jam total perjalanan dari bibir kawah untuk menuju dasar kawah Tambora.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
7.45 WITA kita bertiga memutuskan untuk segera turun karena belerang sudah mulai tercium tajam. Kali ini kami menggunakan jalur makam untuk menyingkat waktu perjalanan turun.
Tidak ada halangan berarti waktu kami turun dari puncak, kecuali beberapa kali kram yang dialami kedua teman saya. Total 7 jam kami butuhkan dari Puncak untuk kembali ke wisma Tambora, tidak termasuk waktu istirahat makan dan sholat.
02.00 WITA kami sampai kembali di Kota Bima untuk kembali ke dunia nyata.
-------------------------------------------------------------------------------------------------
Pada April 2015, akan diselenggarakan sebuah event berskala internasional di Gunung Tambora yang bertajuk “TAMBORA MENYAPA DUNIA”. Hal ini untuk memperingati 200 tahun meletusnya Tambora yang memang begitu dahsyatnya hingga menghilangkan 3 kerajaan di Pulau Sumbawa dan berpengaruh hingga ke Eropa dan Amerika Utara.

-------------------------------------------------------------------------------------------------



Kru: Amin Rasyidi, Fahrizi, Parman, Yayak
Teks: Amin Rasyidi
Foto: Amin Rasyidi

2 komentar: