Minggu, 14 September 2014

Pacuan Kuda Tradisional (PACOA JARA) - Bima

Kuda Sumbawa memang tidak terlalu besar, bahkan bisa dikatakan kecil untuk ukurannya. Namun jangan salah karena Kuda Sumbawa terkenal sangat kuat. Mungkin ini disebabkan kontur dataran di Pulau Sumbawa yang berbukit dan bergunung hingga membuat kuda-kuda di sini sangat gesit dan kuat. Sebelum meletusnya Tambora, Kuda Tambora lah yang terkenal sangat kuat, bahkan menurut dokumentasi kuda Tambora sampai digunakan untuk pacuan kuda di Eropa. Namun kini tidak ada lagi Kuda Tambora melainkan hanya Kuda Sumbawa.

Di Desa Panda, Kabupaten Bima, tidak jauh dari Polres Kabupaten Bima hanya sekitar 1 km, terdapat event Lomba Pacuan Kuda yang digelar dua kali dalam setahun tiap musim kemarau. Sabtu dan Minggu 13-14 Seprtember 2014 saya sempatkan untuk melihat secara live pacuan kuda di Desa Panda ini.

Namun jauh dari bayangan saya karena ternyata di arena ini joki-jokinya masih anak-anak TK hingga SD umur 6-10 tahun. Saya pernah dengar bahwa memang yang terkenal di pacuan kuda disini adalah joki-joki kecilnya, namun di bayanganku adalah anak-anak SMP bukannya anak TK.

Dalam mendapatkan joki-joki kecil berbakat para pemilik kuda ada yang menggunakan sistem kontrak dan ada juga yang menggunakan sistem sekali pacu. Tarif dan bonus yang dijanjikan pemilik kuda bagi joki-joki kecil dalam pacuan sangatlah menggiurkan, mulai dari 200 ribu sekali pacuan hingga bonus hingga 3 juta apabila memenangkan pacuan. Bahkan menurut pengakuan pemilik kuda yang menggunakan sistem kontrak, ada joki yang dikontrak hingga 15 juta dalam sekali perlombaan.

Namun bukan semata-mata karena uang lah orang tua joki-joki ini membiarkan anak-anaknya bergelut dalam bahaya pacuan kuda, melainkan unsur budaya juga yang memang telah secara turun-temurun menjadikan anak-anak sebagai joki cilik. Bahkan menjadi suatu kebanggaan tersendiri apabila anak-anak mereka menjadi joki dan mendapatkan juara.

 
 

Tanpa pengaman, tanpa pelana, joki-joki kecil ini dengan gagah dan tangkasnya menunggangi kudanya. Mungkin yang bisa dibilang pengaman hanya lah helm yang dipakai, namun tentu helm saja tidak mungkin bisa menyelamatkan joki-joki kecil ini apabila jatuh dari kudanya. Pertimbangan utama kenapa joki yang dipilih adalah anak-anak kecil yaitu karena ukuran kudanya sendiri yang kecil sehingga bila dipilih joki yang sudah lumayan besar tentu membuat kuda yang dipacu menjadi berat larinya.

Terdapat banyak kategori dalam pacuan kuda di Bima, atau biasa disebut "PACOA JARA" dalam bahasa bima, mulai dari TK a, TK b, Oa, Ob, Harapan A, Harapan B, Tunas A, Tunas B, Dewasa A, Dewasa B, Dewasa C, dan Dewasa D. Pacuan kuda disini dari kategori TK a hingga Tunas B dikategorikan berdasarkan umur dan tinggi kuda. Sedangkan dalam kategori Dewasa A hingga Dewasa D merupakan kuda yang bisa dibilang kuda senior dan kuda blesteran. Tidak hanya kuda Sumbawa yang diperlombakan dalam kategori Dewasa A hingga Dewasa D melainkan hingga kuda Australia. Namun tak lantas menjadikan kuda Sumbawa yang berperawakan kecil kalah, kuda Sumbawa yang tersohor karena keuatannya tentu memiliki kecepatan lari yang tidak bisa dianggap remeh karena tak jarang kuda Sumbawa menjadi juara dalam kategori ini.

Nantinya juara dari masing-masing kategori akan dipertandingkan dalam kelas umum hingga didapatkan juara umum. Hadiah yang ditawarkan kepada kuda yang menjadi pemenang bervariasi mulai dari TV, kulkas, sapi, hingga Sepeda Motor untuk juara 1 tiap kategori dan juara umum.

Namun seperti layaknya lomba apapun di manapun, pacoa jara juga tak lepas dari ajang judi sehingga sering didapati aksi-aksi tidak sportif dari pemilik kuda maupun penjudi demi memenangkan taruhan. Bahkan tak hanya aksi judi yang dapat kita jumpai dalam pacoa jara, hingga aksi-aksi klenik seperi pembacaan aji-aji dan penggunaan ajimat-ajimat pada sang joki dapat kita jumpai dalam acara ini. Namun demikian pacoa jara tetap menyimpan keindahan tersendiri yang layak untuk dinikmati.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar